TRANSFER
BELAJAR
A. Pengertian transfer belajar
Istilah
”transfer belajar” berasal dari bahasa Inggris ”Transfer of Learning” dan berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar
yang diperoleh dalam bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau ke
kehidupan sehari-hari di luar lingkup pendidikan sekolah.[1] Pemindahan
atau pengalihan itu menunjuk pada kenyataan, bahwa hasil belajar yang diperoleh
digunakan di suatu bidang atau situasi di luar lingkup bidang studi di mana
hasil itu mula-mula diperoleh.
Transfer dalam
belajar adalah kemampuan menerapkan apa yang telah dipelajari ke dalam situasi
yang baru, baik di sekolah maupun di luar sekolah.[2]
Dengan kata lain transfer dalam belajar berarti pemindahan hasil belajar dari
mata pelajaran yang satu ke mata pelajaran yang lain, atau ke kehidupan di luar
lingkungan sekolah. Misalnya, hasil belajar di
bidang studi geografi, digunakan dalam mempelajari bidang studi ekonomi, hasil
belajar di cabang olah raga bola tangan digunakan dalam belajar main basket,
hasil belajar di bidang fisika dan kimia digunakan dalam mengatur kehidupan
sehari-hari.[3]
Hasil studi yang dipindahkan atau dialihkan itu dapat berupa pengetahuan
(informasi verbal), kemahiran, intelektual, pengaturan kegiatan kognitif,
keterampilan motorik dan sikap. Berkat memindahan atau pengalihan hasil belajar
itu, seseorang memperoleh keuntungan atau mengalami hambatan dalam mempelajari
sesuatu di bidang studi yang lain atau dalam mengatur kegiatan sehari-hari.
B. Pengertian transfer dalam pendidikan dan
pengajaran
Apabila suatu
pengajaran mempunyai pengaruh pada kelakuan-kelakuan yang baru, maka pengajaran
itu mempunyai nilai transfer. Pengaruh-pengaruh tersebut apabila menghasilkan
keuntungan disebut ”Transfer Positif”, yaitu mempermudah dan menolong
dalam menghadapi tugas belajar yang lain dalam rangka kurikulum sekolah, atau
dalam mengatur kehidupan sehari-hari. Dan apabila
menghalangi atau merugikan maka disebut sebagai ” Transfer Negatif ”, yaitu
mempersukar dan mempersulit dalam menghadapi tugas belajar baik dalam rangka
kurikulum sekolah atau dalam mengatur kehidupan sehari-hari.Transfer Positif dibedakan atas:
Transfer vertikaladalah
keadaan dimana seorang pelajar meningkat kemampuannya pada tugas-tugas yang kompleks.
Transfer
horizontal adalah kecakapan menerapkan keterampilan dari situasi ke situasi
baru lainnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelajar dalam
transfer horizontal ini adalah persamaan antara situasi sekolah dengan situasi
kehidupan nyata, pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar serta banyaknya
latihan.[4]
C. Beberapa Teori Transfer Belajar
Beberapa teori yang menjelaskan pengertian transfer belajar adalah sebagai
berikut:
v
Teori
disiplin formal
Pandangan
ini bertitik tolak pada anggapan aliran Psikologi Daya, tentang psike atau
kejiwaan manusia. Psike itu dipandang sebagai kumpulan dari sejumlah bagian
atau aneka daya yang berdiri sendiri, seperti daya berfikir, daya mengingat,
daya berkemauan, daya merasa dan lain sebagainya. Masing-masing daya tersebut
dapat diperkuat dan dikembangkan sendiri-sendiri melalui program latihan yang
sesuai, misalnya daya berfikir dapat
ditingkatkan dengan cara melatih diri memecahkan berbagai persoalan yang sukar
dan daya berkemauan dapat diperkuat dengan berkali-kali dihadapkan pada
tantangan yang berat. Sebagaimana otot-otot tubuh dapat dilatih supaya menjadi
kuat dengan cara melatih diri mengangkat besi yang beratnya semakin ditambah,
sehingga orang akhirnya mampu mengangkat segala macam benda berat, demikian
pula daya-daya mental dianggap dapat dilatih dengan melalui materi yang sukar.
Sekali terlatih melalui pemecahan soal-soal ilmu pasti yang sukar, akhirnya
akan mampu memecahkan persoalan di bidang apapun yang menuntut pemikiran tajam.[5]Sejalan
dengan pandangan di atas, sejumlah ahli pendidikan pada awal abad ini
mengemukakan pendapat, bahwa kurikulum
sekolah harus dirancang sedemikian rupa, sehingga memungkinkan daya-daya
mental siswa dikembangkan dan diperkuat. Untuk itu, perlu disajikan aneka
bidang studi tertentu yang sulit, namun cocok untuk melatih daya mental
tertentu, dengan kata lain daya mental itu didisiplinkan melalui pendidikan
formal. Apakah materi yang dipelajari dalam semua bidang studi itu banyak
berguna bagi bidang studi lainyang
dipelajari kemudian atau bagi kehidupan setelah siswa tamat sekolah, tidak
sebegitu diperhatikan, yang dianggap penting ialah apakah suatu bidang studi
berguna bagi pembentukan suatu daya mental. Daya mental itu, sekali dibentuk
melalui materi tertentu, akan berperanan positif juga di bidang atau situasi
kehidupan di mana daya itu dibutuhkan.
Dewasa ini teori disiplin formal
tidak dapat diterima lagi, karena dasarnya, yaitu Psikologi Daya sudah runtuh,
para ahli psikologi sudah tidak memandang psike manusia sebagai kumpulan dari
sejumlah daya mental yang berdiri sendiri, melainkan sebagai suatu keseluruhan,
dimana semua fungsi psikis (fungsi kognitif, fungsi konatif, fungsi afektif)
tidak berpernan lepas yang satu dari yang lain.
v
Teori Elemen
Identik
Edward Thorndike berpendapat bahwa
transfer belajar dari satu bidang ke bidang studi lain atau dari bidang studi
ke kehidupan sehari hari, terjadi berdasarkan adanya unsur unsur yang identik dalam kedua bidang studi itu
atau antara bidang studi di sekolah dengan kehidupan. Oleh karena itu hakekat
transfer adalah pengalihan penguasaan suatu unsur di bidang studi yang satu ke
unsur yang sama di bidang studi lain. Makin banyak unsur yang sama antara
beberapa bidang studi makin besar kemungkinan terjadi transfer belajar positif.
Jadi, banyak sedikitnya transfer belajar tergantung dari adanya banyak sedikit
unsur yang sama antara kedua bidang studi atau antara bidang studi di sekolah
dan kehidupan sehari-hari. Akan ada transfer belajar positif dari bidang studi
aljabar ke bidang studi ilmu ukur, sejauh terdapat unsur-unsur yang sama dalam
kedua bidang studi itu. Akan terjadi transfer belajar positif pula dari cabang
olahraga sepak bola ke cabang olahraga bola basket, sejauh terdapat unsur-unsur
yang sama dalam kedua olahraga itu, misalnya lari cepat, melompat, berhenti
dengan tiba-tiba, dan lain sebagainya. Akan terjadi transfer belajar positif
pula antara bidang studi belajar belajar di sekolah dan kehidupan sehari-hari,
sejauh terdapat unsur yang sama dalam kedua bidang yang bersangkutan, misalnya
antara bidang studi Anthropologi dan pergaulan dengan orang-orang kulit hitam,
seperti mempraktekkan cara mereka makan sebelum bergaul ddengan mereka secara
langsung. Maka, hakekat dari transfer belajar adalah pengalihan dari penguasaan
suatu unsur di bidang studi yang satu ke unsur yang sama di bidang studi yang
lain, makin banyak unsur yang sama antara beberapa bidang studi, makin besar
kemungkinan terjadi transfer belajar positif.
v
Teori
Generalisasi
Charles Judd berpendapat bahwa
transfer belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur
pokok, pola dan prinsip-prinsip umum. Apabila peserta didik mampu mengembangkan dan menggeneralisasi
konsep, kaidah, prinsip dan strategi untuk memecahkan masalah suatu bidang
studi, maka peserta didik akan mampu mentransfer konsep, kaidah, prinsip dan
strategi tersebut ke bidang studi lain (Winkel, 1991 : 307). Siswa akan mampu mengadakan “generalisasi”
yaitu menangkap ciri-ciri atau suatu sifat umum yang terdapat dalam sejumlah
hal yang khusus. Generalisasi semacam itu sudah terjadi bila seorang siswa
membentuk konsep, kaidah, prinsip (kemahiran intelektual) dan aneka siasat memecahkan
problem atau masalah (pengaturan kegiatan kognitif).
Kesamaan antara dua bidang studi,
tidak terletak apada unsur-unsur khusus, melainkan dalam pola, struktur dasar
dan prinsipnya. Misalnya kesamaan materi atau bahan dalam konsep, kaidah atau
prinsip antara dua bidang studi.[6]
Kesamaan antara dua bidang studi mungkin pula menyangkut prosedur yang diikuti,
seperti antar bidang studi fisika dan kimia. Misalnya, urutan langkah kerja
yang ditempuh dalam mengadakan eksperimen di laboratorium fisika dan kimia,
pada garis besarnya sama, yaitu persiapan, menimbulkan gejala dan mengadakan
observasi (pengamatan) terhadap apa yang terjadi, mencatat hasil observasi dan
menarik kesimpulan.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses terjadinya Transfer Belajar
Adapun beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi timbulnya transfer belajar adalah:
v Taraf Intelegensi dan Sikap
Faktor ini
berasal dari anak didik dan berkisar pada masalah kapasitas dasar (kemampuan dasar), sikap, minat belajar dan lain sebagainya. Kapasitas dasar atau kemampuan anak itu sangat
membantu timbulnya transfer belajar. Anak yag pandai
cenderung memiliki transfer yang tinggi. Siswa yang belajar dengan intensif
untuk menggunakan hasil belajarnya (baik dalam rangka bidang studi maupun di
luarnya), yang termotivasi yang merasa senang dalam belajar di sekolah dan yang
mampu mengolah dengan baik dan secara mendalam, akan jauh lebih siap untuk
mengadakan transfer belajar, dibanding dengan siswa yang kurang termotivasi,
kurang senang dan kurang mampu mengolah dengan baik. Kemampuan mengolah
berkaitan dengan kemampuan belajar, terutama komponen kemampuan intelektual.
Siswa yang berkemampuan intelektual tinggi, lebih mampu untuk mengolah secara
mendalam dan secara menyeluruh dan pada umumnya lebih mampu pula untuk melihat
kelonggaran/kemungkinan mengadakan transfer belajar, bahkan sebelum tenaga
pengajar menunjukkan kemungkinan itu.
v Metode guru dalam mengajar
Proses belajar di sekolah
berlangsung dalam interaksi dengan tenaga yang mengajar, yang berlangsung dalam
kelas dalam proses belajar mengajar. Guru yang berusaha mengajar dengan
fungsional, yaitu menghubung-hubungkan hasil belajar di bidang studi yang
dipegangnya dengan suatu bidang studi yang lain atau dengan pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari, menciptakan kondisi eksternal yang menunjang terjadinya
transfer belajar.Usaha yang demikian, untuk sebagian tergantung sikap guru,
untuk sebagian bergantung pada bekal ilmu pengetahuan umum yang dimiliki guru
itu.
v Isi atau materi pelajaran
Faktor ini
berasal dari mata pelajaran itu sendiri. Apabila mata pelajaran yang satu
dengan yang lain memiliki hubungan, maka akan cenderung menimbulkan transfer.
Misalnya perbuatan jenis belajar tentang gizi ke perbuatan jenis belajar
memasak menimbulkan transfer yang tinggi.
v Proses belajar
Transfer
belajar baru dapat diharapkan terjadi setelah siswa mengolah materi pelajaran
dengan sungguh-sungguh, yaitu dalam rangka fase yang ketiga. Keberhasilan dalam
pengolahan itu sendiri pun bergantung pada kesungguhan motivasi belajar (fase
pertama) dan kadar konsentrasi terhadap unsur-unsur yang relevan (fase kedua).
Maka, siswa yang kurang melibatkan diri dalam proses belajar, kurang cermat
dalam persepsi dan kurang mendalam dalam mengolah materi pelajaran, tidak dapat
diharapkan akan mengadakan transfer belajar biarpun sebenarnya ada kemungkinan. Semua ini
berkaitan pula dengan tata cara belajar atau teknik-teknik studi. Makin baik
tata-tata cara itu makin meningkat pula kemungkinan siswa akan mengadakan transfer
belajar.
v Hasil belajar
Aneka hasil
belajar yang mengandung kemungkinan untuk dialihkan secara lebih luas ke
berbagai bidang studi, bahkan menjadi bekal untuk digunakan/dimanfaatkan dalam
banyak bidang kehidupan, seperti banyak konsep, kaidah, prinsip, siasat-siasat
mengatur kegiatan kognitif dan sikap. Makin terbatas aneka hasil belajar suatu
bidang studi makin terbatas pula kemungkinan untuk mengalihkan kebidang studi
yang lain.[7]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar