Sabtu, 05 Mei 2012

Pertumbuhan dan Perkembangan


BAB I
Pendahuluan

A.    Latar Belakang
Pengetahuan tantang pertumbuhan dan perkembangan individu murid, siswa, dan mahasiswa (peserta didik) dalam proses pembelajaran sangat penting bagi guru, dosen (pendidik), orang tua, stakeholder dalam dunia pendidikan formal maupun non formal. Perkembangan individu murid, siswa dan mahasiswa (peserta didik), ditunjukkan bagaimana perkembangan anak-anak, remaja dan dewasa tumbuh dan berkembang secara pisik, psikis dari fase ke fase seperti dalam hal pertumbuhan pisik, kognitif, afektif, social, psikomotor, moral.[1]
Guru taman kanak-kanak dan guru SD harus tahu dengan perkembangan murid-muridnya, juga guru Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menenganh Atas juga harus mengerti dan memahami perkembangan individu para siswa yang mereka didik, serta bagi kalangan dosen juga harus mampu memahami perkembangan para mahasiswa mereka.[2]
Didalam makalah ini akan dipaparkan mengenai pengertian pertumbuhan dan perkembangan, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, serta pengaruh pertumbuhan dan perkembangan terhadap belajar anak.
B.     Rumusan Masalah
Ø  Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan?
Ø  Faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak?
Ø  Bagaimana pengaruh pertumbuhan dan perkembangan anak dalam belajar?
C.     Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar rekan-rekan mahasiswa sebagai calon guru dapat mengetahui dan memahami tentang pertumbuhan dan perkembangan anak (peserta didik) dan factor yang mempengaruhinya serta pengaruhnya dalam belajar.




BAB II
Pertumbuhan dan Perkembangan

A.    Pengertian
1.      Pertumbuhan
Kehidupan manusia dihubungkan dalam dua proses yang terus-menerus dan bekelanjutan, kedua prose situ ialah pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses ini saling bergantung satu dengan lainnya.[3] Dalam pribadi manusia, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah, terdapat dua bagian yang berbeda sebagai kondisi yang menjadikan pribadi manusia berubah menuju ke arah kesempurnaan. Adapun dua bagian kondisional pribadi manusia itu meliputi:
a.       Bagian pribadi materiil yang kuantitatif, dan
b.      Bagian pribadi fungsional yang kualitatif.
Kenyataan itulah yang melahirkan perbedaan konsep antara pertumbuhan dan perkembangan.
Bagian pribadi materiil yang kuantitatif mengalami pertumbuhan, sedangkan bagian pribadi fungsional yang kualitatif mengalami perkembangan. Uraian ini kiranya cukup memberikan bayangan tentang perbedaan pengertian antara pertumbuhan dan perkembangan.[4]
Definisi pertumbuhan ialah perubahan secara fisiologis dari hasil proses kematangan fungsi-fungsi jasmani sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai proses berubahnyakeadaan jasmaniah (fisik) yang turun-temurun dalam bentuk proses aktif yang berkesinambungan.[5]
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materiil sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuantitatif ini dapat berupa pembesaran atau pertambahan dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besar, dari sedikit menjadi banyak, dari sempit menjadi luas, dan sebagainya. Ini tidak berarti, bahwa pertumbuhan itu hanya berlaku pada hal-hal yang bersifat kuantitatif, karena tidak selamanya materiil itu kuantitatif. Materiil dapat terdiri dari bahan-bahan kuantitatif seperti atom, sel, kromosom, rambut, molekul , dan lain-lain, dapat pula materiil terdiri dari bahan-bahan kualitatif seperti kesan, keinginan, ide, gagasan, pengetahuan, nilai, dan lain-lain. Jadi, materiil itu dapat terdiri dari kualitas ataupun kuantitas. Kenyataan inilah yang barangkali membuat orang mengalami kesulitan dalam membedakan antara pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu kelengahan orang adalah yang menyebut pertumbuhan materiil kualitatif sebagai perkembangan.[6]
 Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar.
Pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu. Walaupun demikian seorang anak dalam banyak hal tergantung kepada orang dewasa, misalnya mengkonsumsi makanan, perawatan, bimbingan, perasaan aman, pencegahan penyakit dan sebagainya. Oleh karena itu semua orang-orang yang mendapat tugas mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang.[7]
Pertumbuhan jasmaniah pada suatu organism selalu berproses untuk menjadi yang merupakan sitem yang dinamis. Pertumbuhan jasmaniah ini dapat diteliti dengan mengukur berat, panjang, ukuran lingkaran (kepala, pinggang, dada, lengan, dan lain-lain).[8]
2.      Perkembangan
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi materi, melainkan pada segi fungsional. Dari uraian ini, perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif dari fungsi-fungsi.[9] Ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan tiap senti pada tringgi badan seseorang atau kemampuan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks.[10]
Perkembangan individu dapat diartikansebagai perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan-perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangan.[11]
Kalau kita teliti buku-buku yang membicarakan masalah ini, maka akan ternyata, bahwa jawaban para ahli terhadap pertanyaan “apakah perkembangan itu” adalah bermacam-macam sekali. Akan tetapi betapapun juga berbeda-bedanya pendapat para ahli tersebut, namun semuanya mengakui bahwa perkembangan itu adalah suatu perubahan; perubahan ke arah yang lebih maju, lebih dewasa. Secara teknis, perubahan tersebut biasanya disebut proses. Jadi pada garis besarnya para ahli sependapat, bahwa perkembangan itu adalah suatu proses.[12]
Perubahan suatu fungsi adalah disebabkan oleh adanya proses pertumbuhan materi yang memungkinkan adanya fungsi itu, dan di samping itudisebabkan oleh perubahan tingkah laku hasil belajar. Dengan demikian, kita boleh merumuskan pengertian perkembangan pribadi sebagai perubahan kualitatif dari setiap fungsi kepribadian akibat pertumbuhan dan belajar.[13]
Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan : bertambah besar dalam aspek fisik akibat bertambahnya jumlah sel-sel tubuh dan jumlah zat interseluler. Pertumbuhan itu sendiri dapat diukur dalam satuan cm atau inch untuk menyatakan panjang dan kg atau pound untuk menyatakan berat.
Perkembangan : bertambahnya ketrampilan dan fungsi dalam hal yang kompleks sesuai dengan tingkatan umurnya.[14]

B.     Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu:
  1. Faktor heredekonstitusionil
  2. Faktor lingkungan (pranatal dan pascanatal)
Faktor heredokonstitusionil
Faktor heredokonstitusionil Gen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen ini dikenal sebagai hereditas. DNA yang membentuk gen mempunyai peranan penting dalam transmisi sifat-sifat herediter. Timbulnya kelainan familial, kelainan khusus tertentu, tipe tertentu dari dwarfism adalah akibat transmisi gen yang abnormal. Haruslah diingat bahwa beberapa anak bertubuh kecil karena konstitusi genetiknya dan bukan karena gangguan endokrin atau gizi. Peranan genetik pada sifat perkembangan mental masih merupakan hal yang diperdebatkan. Memang hereditas tidak dapat disangsikan lagi mempunyai peranan yang besar tapi pengaruh lingkungan terhadap organisme tersebut tidak dapat diabaikan. Pada saat sekarang para ahli psikologi anak berpendapat bahwa hereditas lebih banyak mempengaruhi inteligensi dibandingkan dengan lingkungan. Sifat-sifat emosionil seperti perasaan takut, kemauan dan temperamen lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan dibandingkan dengan hereditas.
  1. Jenis kelamin. Pada umur tertentu pria dan wanita sangat berbeda dalam ukuran besar, kecepatan tumbuh, proporsi jasmani dan lain-lainnya sehingga memerlukan ukuran-ukuran normal tersendiri. Wanita menjadi dewasa lebih dini, yaitu mulai adolesensi pada umur 10 tahun, sedangkan pria mulai pada umur 12 tahun.
  2. Ras atau bangsa. Oleh beberapa ahli antropologi disebutkan bahwa ras kuning mempunyai hereditas lebih pendek dibandingkan dengan ras kulit putih. Perbedaan antar bangsa tampak juga bila kita bandingkan orang Skandinavia yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang Itali.
  3. Keluarga. Tidak jarang dijumpai dalam suatu keluarga terdapat anggota keluarga yang pendek sedangkan anggota keluarga lainnya tinggi.
  4. Umur. Kecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa fetus, masa bayi dan masa adolesensi.
Faktor Lingkungan
1.      Faktor prenatal.
  1. Gizi (defisiensi vitamin, iodium dan lain-lain). Dengan menghilangkan vitamin tertentu dari dalam makanan binatang yang sedang hamil, Warkany menemukan kelainan pada anak binatang tersebut. Jenis kelainan tersebut dapat diduga sebelumnya dengan menghilangkan vitamin tertentu. Telah dibuktikan pula bahwa kurang makanan selama kehamilan dapat meningkatkan angka kelahiran mati dan kematian neonatal. Diketahui pula bahwa pada ibu dengan keadaan gizi yang jelek tidak dapat terjadi konsepsi. Hal ini disinggung pula oleh Warkany dengan mengatakan The most serious congenital malformation is never to be conceived at all.
  2. Mekanis (pita amniotik, ektopia, posisi fetus yang abnormal, trauma, oligohidrmnion). Faktor mekanis seperti posisi fetus yang abnormal dan oligohidramnion dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti clubfoot, mikrognatia dan kaki bengkok. Kelainan ini tidak terlalu berat karena mungkin terjadi pada masa kehidupan intrauterin akhir. Implantasi ovum yang salah, yang juga dianggap faktor mekanis dapat mengganggu gizi embrio dan berakibat gangguan pertumbuhan.
  3. Toksin kimia (propiltiourasil, aminopterin, obat kontrasepsi dan lain-lain). Telah lama diketahui bahwa obat-obatan tersebut dapat menimbulkan kelainan seperti misalnya palatoskizis, hidrosefalus, disostosis kranial.
  4. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes melitus sering menunjukkan kelainan berupa makrosomia, kardiomegali dan hiperplasia adrenal. Hiperplasia pulau Langerhans akan mengakibatkan hipoglikemia. Umur rata-rata ibu yang melahirkan anak mongoloid dan kelainan lain umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan umur ibu yang melahirkan anak normal. Ini mungkin disebabkan oleh kelainan beberapa endrokin dalam tubuh ibu yang meningkat pada umur lanjut, walaupun faktor lain yang bukan endokrin juga ikut berperan.
  5. Radiasi (sinar Rontgen, radium dan lain-lain). Pemakaian radium dan sinar Rontgen yang tidak mengikuti aturan dapat mengakibatkan kelainan pada fetus. Contoh kelainan yang pernah dilaporkan ialah mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak. Kelainan yang ditemukan akibat radiasi bom atom di Hiroshima pada fetus ialah mikrosefali, retardasi mental, kelainan kongenital mata dan jantung.
  6. Infeksi (trimester I: rubela dan mungkin penyakit lain, trimester II dan berikutnya: toksoplasmosis, histoplasmosis, sifilis dan lain-lain). Rubela (German measles) dan mungkin pula infeksi virus atau bakteri lainnya yang diderita oleh ibu pada waktu hamil muda dapat mengakibatkan kelainan pada fetus seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan kongenital jantung. Lues kongenital merupakan contoh infeksi yang dapat menyerang fetus intrauterin sehingga terjadi gangguan pertumbuhan fisis dan mental. Toksoplasmosis pranatal dapat mengakibatkan makrosefali kongenital atau mikrosefali dan renitinitis.
  7. Imunitas (eritroblastosis fetalis, kernicterus). Keadaan ini timbul atas dasar adanya perbedaan golongan darah antara fetus dan ibu, sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah bayi yang kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah bayi yang akan mengakibatkan hemolisis. Akibat penghancuran sel darah merah bayi akan timbul anemia dan hiperbilirubinemia. Jaringan otak sangat peka terhadap hiperbilirubinemia ini dan dapat terjadi kerusakan.
  8. Anoksia embrio (gangguan fungsi plasenta) Keadaan anoksia pada embrio dapat mengakibatkan pertumbuhannya terganggu.
2.      Faktor pascanatal.
  1. Gizi (masukan makanan kualitatif dan kuantitatif) Termasuk dalam hal ini bahan pembangun tubuh yaitu protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin.
  2. Penyakit (penyakit kronis dan kelainan kongenital) Beberapa penyakit kronis seperti glomerulonefritis kronik, tuberkulosis paru dan penyakit seliak dapat mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani. Hal yang sama juga dapat terjadi pada penderita kelainan jantung bawaan.
  3. Keadaan sosial-ekonomi. Hal ini memegang peranan penting dalam pertumbuhan anak. Jelas dapat terlihat pada ukuran bayi yang lahir dari golongan orang tua dengan keadaan sosial-ekonomi yang kurang, yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi dari keluarga dengan sosial-ekonomi yang cukup.
  4. Musim. Di negeri yang mempunyai 4 musim terdapat perbedaan kecepatan tumbuh berat badan dan tinggi. Pertambahan tinggi terbesar pada musim semi dan paling rendah pada musim gugur. Sebaliknya penambahan berat badan terbesar terjadi pada musim gugur dan terkecil pada musim semi.
  5. Lain-lain. Banyak faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, antara lain pengawasan medis, perbaikan sanitasi, pendidikan, faktor psikologi dan lain-lain.[15]
C.    Pengaruh pertumbuhan dan perkembangan terhadap belajar anak
Dalam belajar yang terlihat bukan hanya kegiatan fisik, tetapi diikuti oleh proses mental. Kegiatan fisik mempunyai arti penting dalam kegiatan belajar. Keberhasilan anak melewati fase pertumbuhan fisik membuat anak menjadi orang yang siap secara fisik. Proses perkembangan fisik anak berlangsung kurang lebih selama dua dekade (dasawarsa) sejak ia lahir. Lonjakan perkembangan terjadi pada masa anak menginjak usia remaja antara 12 atau 13 tahun hingga 21 atau 22 tahun. Pada saat perkembangan berlangsung, beberapa bagian jasmani seperti kepala dan otak yang pada waktu dalam rahim berkembang tidak seimbang (tidak secepat badan dan kaki), mulai menunjukkan perkembangan yang cukup berarti hingga bagian-bagian lainnya menjadi matang. (Muhibbin Syah, 1999:13)
Seiring dengan meningkatnya usia anak, gerakan anak pun semakin lincah. Anak sudah mampu memanfaatkan anggota tubuhnya untuk mempelajari keterampilan-keterampilan tertentu. Keterampilan indrawi-jasmani adalah satu keterampilan yang memerlukan koordinasi dan organisasi psikofisik anak, misalnya keterampilan menggambar, diterapkan agar anak tidak hanya menggambar saja tetapi juga menggambar apa yang ada pada imajinasinya atau ide masing-masing.
Selain perkembangan fisik yang mempengaruhi belajar anak, yang tidak kalah penting mempengaruhi belajar anak adalah perkembangan kognitif. Istilah kognitif berasal dari kata cognition yang padanannya knowing berarti mengetahui, dalam arti luas kognitif adalah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan.
Sebagian besar psikolog, terutama psikolog kognitif berkeyakinan bahwa proses perkembangan kognitif manusia mulai berlangsung sejak ia baru lahir. Bekal dan modal dasar perkembangan manusia, yaitu kapasitas motor dan kapasitas sensori sampai batas tertentu dipengaruhi oleh kognitif. Berdasarkan hasil-hasil riset kognitif disimpulkan bahwa semua bayi sudah berkemampuan menyimpan informasi-informasi yang berasal dari penglihatan, pendengaran dan informal-informal lain yang diserap melalui indra-indranya, asalkan otaknya tidak cacat atau berkelainan otak.
Melalui pancaindera anak melakukan aktivitas kognitif untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sosialnya. Kesan dari pengalaman langsung itu tidak akan hilang dari ingatan meski anak sudah meninggalkan objek sebenarnya. Ini artinya anak dapat menyimpan objek yang telah hilang dan menggantikannya dalam bentuk representasi mental. Inilah yang menurut Jean Piaget (18961-980), seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dan psikolog anak yang disebut object permanence (ketetapan benda), yaitu anggapan bahwa sebuah benda akan tetap ada walaupun sudah ditinggalkan atau tidak dilihat lagi. Menurutnya keracuan skema tidak dapat dihindari, efeknya justru menjadi penghalang dalam pembentukan struktur-struktur mental berikutnya. Skema dari Piaget ini dapat disejajarkan dengan istilah “struktur kognitif”, yaitu mengingat pengetahuan  mengenai mata pelajaran yang cenderung diorganisasi atau disusun secara berturut dan hierarki, apa yang telah diketahui anak dan sejauh mana anak mengetahuinya jelas mempengaruhi kesiapan anak mempelajari hal-hal baru.
Dalam belajar, semakin baik struktur kognitif yang dilakukan oleh anak, maka semakin mapanlah penguasaan anak atas bahan pelajaran yang telah dikuasai. Agar struktur kognitif dapat dibentuk dengan baik di dalam memori, anak dapat menggunakan “jembatan logika” dalam belajar. Kemampuan berpikir anak dipengaruhi kapasitas inteligensi sebagai potensi yang bersifat bawaan. Kualitas inteligensi anak mempengaruhi kemampuan anak untuk membentuk struktur kognitif.[16]
Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak sangat berpengaruh terhadap belajar anak karena semakin baik struktur kognitif yang dilakukan oleh anak, maka semakin mapanlah penguasaan anak atas bahan pelajaran yang telah dikuasai. Hal ini disebabkan intelegensi yang mempengaruhi kemampuan berpikirnya.



BAB III
Penutup
A.    Kesimpulan
Pertumbuhan : bertambah besar dalam aspek fisik akibat bertambahnya jumlah sel-sel tubuh dan jumlah zat interseluler. Perkembangan : bertambahnya ketrampilan dan fungsi dalam hal yang kompleks sesuai dengan tingkatan umurnya.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah: faktor heredokonstitusionil (jenis kelamin, ras, keluarga, umur) dan faktor lingkungan baik itu prenatal maupun pascanatal.
Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat berpengaruh terhadap belajar anak karena semakin baik struktur kognitif yang dilakukan oleh anak, maka semakin mapanlah penguasaan anak atas bahan pelajaran yang telah dikuasai.
B.     Saran
Bagi rekan-rekan mahasiswa sebagai calon guru, diharapkan untuk mengetahui dam memahami tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pertumbuhan dan perkembangan sangat berpengaruh terhadap belajar anak.


Daftar Pustaka

Baharuddin, H., Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, 2010
Dalyono, M., Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2010
Iskandar, Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru), Jakarta, Gaung Persada (GP) Press, 2009
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2002



[1] Dr. Iskandar, M.Pd., Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru), (Jakarta: Gaung Persada (GP) Press, 2009), h. 33
[2] Ibid,
[3] Prof. Dr. H. Baharuddin, M. Pd. I., Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2010) , h. 65
[4] Drs. M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h. 61
[5] Prof. Dr. H. Baharuddin, M. Pd. I., opcit, h. 66
[6] Drs. M. Dalyono, opcit, h. 61-62
[8] Prof. Dr. H. Baharuddin, M. Pd. I., loc. cit.
[9] Drs. M. Dalyono, 2010, op. cit., h. 78
[10] Prof. Dr. H. Baharuddin, M. Pd. I., op. cit., h. 68
[11] Dr. Iskandar, M.Pd., 2009,  op. cit., h. 34
[12] Drs. Sumadi Suryabrata, BA, MA, Ed. S, Ph. D., Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 170
[13] Drs. M. Dalyono, 2010,op. cit, h. 78-79

Tidak ada komentar:

Posting Komentar