BAB I
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
Pengetahuan tantang pertumbuhan dan
perkembangan individu murid, siswa, dan mahasiswa (peserta didik) dalam proses
pembelajaran sangat penting bagi guru, dosen (pendidik), orang tua, stakeholder
dalam dunia pendidikan formal maupun non formal. Perkembangan individu murid,
siswa dan mahasiswa (peserta didik), ditunjukkan bagaimana perkembangan
anak-anak, remaja dan dewasa tumbuh dan berkembang secara pisik, psikis dari
fase ke fase seperti dalam hal pertumbuhan pisik, kognitif, afektif, social,
psikomotor, moral.[1]
Guru taman kanak-kanak dan guru SD harus tahu
dengan perkembangan murid-muridnya, juga guru Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah
Menenganh Atas juga harus mengerti dan memahami perkembangan individu para
siswa yang mereka didik, serta bagi kalangan dosen juga harus mampu memahami
perkembangan para mahasiswa mereka.[2]
Didalam makalah ini akan dipaparkan mengenai
pengertian pertumbuhan dan perkembangan, faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan, serta pengaruh pertumbuhan dan perkembangan
terhadap belajar anak.
B.
Rumusan
Masalah
Ø Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan
perkembangan?
Ø Faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak?
Ø Bagaimana pengaruh pertumbuhan dan perkembangan
anak dalam belajar?
C.
Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar
rekan-rekan mahasiswa sebagai calon guru dapat mengetahui dan memahami tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak (peserta didik) dan factor yang
mempengaruhinya serta pengaruhnya dalam belajar.
BAB II
Pertumbuhan
dan Perkembangan
A.
Pengertian
1.
Pertumbuhan
Kehidupan manusia dihubungkan dalam dua proses
yang terus-menerus dan bekelanjutan, kedua prose situ ialah pertumbuhan dan
perkembangan. Kedua proses ini saling bergantung satu dengan lainnya.[3] Dalam
pribadi manusia, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah, terdapat dua bagian
yang berbeda sebagai kondisi yang menjadikan pribadi manusia berubah menuju ke
arah kesempurnaan. Adapun dua bagian kondisional pribadi manusia itu meliputi:
a.
Bagian
pribadi materiil yang kuantitatif, dan
b.
Bagian
pribadi fungsional yang kualitatif.
Kenyataan itulah yang melahirkan perbedaan
konsep antara pertumbuhan dan perkembangan.
Bagian pribadi materiil yang kuantitatif
mengalami pertumbuhan, sedangkan bagian pribadi fungsional yang kualitatif
mengalami perkembangan. Uraian ini kiranya cukup memberikan bayangan tentang
perbedaan pengertian antara pertumbuhan dan perkembangan.[4]
Definisi pertumbuhan ialah perubahan secara
fisiologis dari hasil proses kematangan fungsi-fungsi jasmani sebagai akibat
dari adanya pengaruh lingkungan. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai proses
berubahnyakeadaan jasmaniah (fisik) yang turun-temurun dalam bentuk proses
aktif yang berkesinambungan.[5]
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan
kuantitatif pada materiil sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh
lingkungan. Perubahan kuantitatif ini dapat berupa pembesaran atau pertambahan
dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besar, dari sedikit menjadi banyak,
dari sempit menjadi luas, dan sebagainya. Ini tidak berarti, bahwa pertumbuhan
itu hanya berlaku pada hal-hal yang bersifat kuantitatif, karena tidak
selamanya materiil itu kuantitatif. Materiil dapat terdiri dari bahan-bahan
kuantitatif seperti atom, sel, kromosom, rambut, molekul , dan lain-lain, dapat
pula materiil terdiri dari bahan-bahan kualitatif seperti kesan, keinginan,
ide, gagasan, pengetahuan, nilai, dan lain-lain. Jadi, materiil itu dapat
terdiri dari kualitas ataupun kuantitas. Kenyataan inilah yang barangkali
membuat orang mengalami kesulitan dalam membedakan antara pertumbuhan dan
perkembangan. Salah satu kelengahan orang adalah yang menyebut pertumbuhan
materiil kualitatif sebagai perkembangan.[6]
Pertumbuhan
adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang secara
kuantitatif dapat diukur. Sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya
fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar.
Pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut
norma-norma tertentu. Walaupun demikian seorang anak dalam banyak hal
tergantung kepada orang dewasa, misalnya mengkonsumsi makanan, perawatan,
bimbingan, perasaan aman, pencegahan penyakit dan sebagainya. Oleh karena itu
semua orang-orang yang mendapat tugas mengawasi anak harus mengerti persoalan
anak yang sedang tumbuh dan berkembang.[7]
Pertumbuhan jasmaniah pada suatu organism
selalu berproses untuk menjadi yang merupakan sitem yang dinamis. Pertumbuhan
jasmaniah ini dapat diteliti dengan mengukur berat, panjang, ukuran lingkaran
(kepala, pinggang, dada, lengan, dan lain-lain).[8]
2.
Perkembangan
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan
perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan
kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi materi, melainkan pada segi
fungsional. Dari uraian ini, perkembangan dapat
diartikan sebagai perubahan kualitatif dari fungsi-fungsi.[9] Ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan
tiap senti pada tringgi badan seseorang atau kemampuan seseorang, melainkan
suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks.[10]
Perkembangan individu dapat diartikansebagai perubahan
yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir
hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan-perubahan
yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangan.[11]
Kalau kita teliti buku-buku yang membicarakan masalah ini,
maka akan ternyata, bahwa jawaban para ahli terhadap pertanyaan “apakah
perkembangan itu” adalah bermacam-macam sekali. Akan tetapi betapapun juga
berbeda-bedanya pendapat para ahli tersebut, namun semuanya mengakui bahwa
perkembangan itu adalah suatu perubahan; perubahan ke arah yang lebih maju,
lebih dewasa. Secara teknis, perubahan tersebut biasanya disebut proses. Jadi
pada garis besarnya para ahli sependapat, bahwa perkembangan itu adalah suatu
proses.[12]
Perubahan suatu fungsi adalah disebabkan oleh adanya proses
pertumbuhan materi yang memungkinkan adanya fungsi itu, dan di samping
itudisebabkan oleh perubahan tingkah laku hasil belajar. Dengan demikian, kita
boleh merumuskan pengertian perkembangan pribadi sebagai perubahan kualitatif
dari setiap fungsi kepribadian akibat pertumbuhan dan belajar.[13]
Dapat
disimpulkan bahwa pertumbuhan : bertambah besar dalam aspek fisik
akibat bertambahnya jumlah sel-sel tubuh dan jumlah zat interseluler.
Pertumbuhan itu sendiri dapat diukur dalam satuan cm atau inch untuk menyatakan
panjang dan kg atau pound untuk menyatakan berat.
Perkembangan :
bertambahnya ketrampilan dan fungsi dalam hal yang kompleks sesuai dengan
tingkatan umurnya.[14]
B.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dapat
dibagi dalam 2 bagian yaitu:
- Faktor heredekonstitusionil
- Faktor lingkungan (pranatal dan pascanatal)
Faktor heredokonstitusionil
Faktor heredokonstitusionil
Gen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio
mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan
antara gen ini dikenal sebagai hereditas. DNA yang membentuk gen mempunyai
peranan penting dalam transmisi sifat-sifat herediter. Timbulnya kelainan
familial, kelainan khusus tertentu, tipe tertentu dari dwarfism adalah akibat
transmisi gen yang abnormal. Haruslah diingat bahwa beberapa anak bertubuh
kecil karena konstitusi genetiknya dan bukan karena gangguan endokrin atau gizi.
Peranan genetik pada sifat perkembangan mental masih merupakan hal yang
diperdebatkan. Memang hereditas tidak dapat disangsikan lagi mempunyai peranan
yang besar tapi pengaruh lingkungan terhadap organisme tersebut tidak dapat
diabaikan. Pada saat sekarang para ahli psikologi anak berpendapat bahwa
hereditas lebih banyak mempengaruhi inteligensi dibandingkan dengan lingkungan.
Sifat-sifat emosionil seperti perasaan takut, kemauan dan temperamen lebih
banyak dipengaruhi oleh lingkungan dibandingkan dengan hereditas.
- Jenis kelamin. Pada umur tertentu pria dan wanita sangat berbeda dalam ukuran besar, kecepatan tumbuh, proporsi jasmani dan lain-lainnya sehingga memerlukan ukuran-ukuran normal tersendiri. Wanita menjadi dewasa lebih dini, yaitu mulai adolesensi pada umur 10 tahun, sedangkan pria mulai pada umur 12 tahun.
- Ras atau bangsa. Oleh beberapa ahli antropologi disebutkan bahwa ras kuning mempunyai hereditas lebih pendek dibandingkan dengan ras kulit putih. Perbedaan antar bangsa tampak juga bila kita bandingkan orang Skandinavia yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang Itali.
- Keluarga. Tidak jarang dijumpai dalam suatu keluarga terdapat anggota keluarga yang pendek sedangkan anggota keluarga lainnya tinggi.
- Umur. Kecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa fetus, masa bayi dan masa adolesensi.
Faktor Lingkungan
1.
Faktor prenatal.
- Gizi (defisiensi vitamin, iodium dan lain-lain). Dengan menghilangkan vitamin tertentu dari dalam makanan binatang yang sedang hamil, Warkany menemukan kelainan pada anak binatang tersebut. Jenis kelainan tersebut dapat diduga sebelumnya dengan menghilangkan vitamin tertentu. Telah dibuktikan pula bahwa kurang makanan selama kehamilan dapat meningkatkan angka kelahiran mati dan kematian neonatal. Diketahui pula bahwa pada ibu dengan keadaan gizi yang jelek tidak dapat terjadi konsepsi. Hal ini disinggung pula oleh Warkany dengan mengatakan The most serious congenital malformation is never to be conceived at all.
- Mekanis (pita amniotik, ektopia, posisi fetus yang abnormal, trauma, oligohidrmnion). Faktor mekanis seperti posisi fetus yang abnormal dan oligohidramnion dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti clubfoot, mikrognatia dan kaki bengkok. Kelainan ini tidak terlalu berat karena mungkin terjadi pada masa kehidupan intrauterin akhir. Implantasi ovum yang salah, yang juga dianggap faktor mekanis dapat mengganggu gizi embrio dan berakibat gangguan pertumbuhan.
- Toksin kimia (propiltiourasil, aminopterin, obat kontrasepsi dan lain-lain). Telah lama diketahui bahwa obat-obatan tersebut dapat menimbulkan kelainan seperti misalnya palatoskizis, hidrosefalus, disostosis kranial.
- Bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes melitus sering menunjukkan kelainan berupa makrosomia, kardiomegali dan hiperplasia adrenal. Hiperplasia pulau Langerhans akan mengakibatkan hipoglikemia. Umur rata-rata ibu yang melahirkan anak mongoloid dan kelainan lain umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan umur ibu yang melahirkan anak normal. Ini mungkin disebabkan oleh kelainan beberapa endrokin dalam tubuh ibu yang meningkat pada umur lanjut, walaupun faktor lain yang bukan endokrin juga ikut berperan.
- Radiasi (sinar Rontgen, radium dan lain-lain). Pemakaian radium dan sinar Rontgen yang tidak mengikuti aturan dapat mengakibatkan kelainan pada fetus. Contoh kelainan yang pernah dilaporkan ialah mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak. Kelainan yang ditemukan akibat radiasi bom atom di Hiroshima pada fetus ialah mikrosefali, retardasi mental, kelainan kongenital mata dan jantung.
- Infeksi (trimester I: rubela dan mungkin penyakit lain, trimester II dan berikutnya: toksoplasmosis, histoplasmosis, sifilis dan lain-lain). Rubela (German measles) dan mungkin pula infeksi virus atau bakteri lainnya yang diderita oleh ibu pada waktu hamil muda dapat mengakibatkan kelainan pada fetus seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan kongenital jantung. Lues kongenital merupakan contoh infeksi yang dapat menyerang fetus intrauterin sehingga terjadi gangguan pertumbuhan fisis dan mental. Toksoplasmosis pranatal dapat mengakibatkan makrosefali kongenital atau mikrosefali dan renitinitis.
- Imunitas (eritroblastosis fetalis, kernicterus). Keadaan ini timbul atas dasar adanya perbedaan golongan darah antara fetus dan ibu, sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah bayi yang kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah bayi yang akan mengakibatkan hemolisis. Akibat penghancuran sel darah merah bayi akan timbul anemia dan hiperbilirubinemia. Jaringan otak sangat peka terhadap hiperbilirubinemia ini dan dapat terjadi kerusakan.
- Anoksia embrio (gangguan fungsi plasenta) Keadaan anoksia pada embrio dapat mengakibatkan pertumbuhannya terganggu.
2.
Faktor pascanatal.
- Gizi (masukan makanan kualitatif dan kuantitatif) Termasuk dalam hal ini bahan pembangun tubuh yaitu protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin.
- Penyakit (penyakit kronis dan kelainan kongenital) Beberapa penyakit kronis seperti glomerulonefritis kronik, tuberkulosis paru dan penyakit seliak dapat mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani. Hal yang sama juga dapat terjadi pada penderita kelainan jantung bawaan.
- Keadaan sosial-ekonomi. Hal ini memegang peranan penting dalam pertumbuhan anak. Jelas dapat terlihat pada ukuran bayi yang lahir dari golongan orang tua dengan keadaan sosial-ekonomi yang kurang, yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi dari keluarga dengan sosial-ekonomi yang cukup.
- Musim. Di negeri yang mempunyai 4 musim terdapat perbedaan kecepatan tumbuh berat badan dan tinggi. Pertambahan tinggi terbesar pada musim semi dan paling rendah pada musim gugur. Sebaliknya penambahan berat badan terbesar terjadi pada musim gugur dan terkecil pada musim semi.
- Lain-lain. Banyak faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, antara lain pengawasan medis, perbaikan sanitasi, pendidikan, faktor psikologi dan lain-lain.[15]
C.
Pengaruh
pertumbuhan dan perkembangan terhadap belajar anak
Dalam belajar yang terlihat bukan hanya kegiatan fisik, tetapi diikuti
oleh proses mental. Kegiatan fisik mempunyai arti penting dalam kegiatan
belajar. Keberhasilan anak melewati fase pertumbuhan fisik membuat anak menjadi
orang yang siap secara fisik. Proses perkembangan fisik anak berlangsung kurang
lebih selama dua dekade (dasawarsa) sejak ia lahir. Lonjakan perkembangan
terjadi pada masa anak menginjak usia remaja antara 12 atau 13 tahun hingga 21
atau 22 tahun. Pada saat perkembangan berlangsung, beberapa bagian jasmani
seperti kepala dan otak yang pada waktu dalam rahim berkembang tidak seimbang
(tidak secepat badan dan kaki), mulai menunjukkan perkembangan yang cukup
berarti hingga bagian-bagian lainnya menjadi matang. (Muhibbin Syah, 1999:13)
Seiring dengan meningkatnya usia anak, gerakan anak pun semakin
lincah. Anak sudah mampu memanfaatkan anggota tubuhnya untuk mempelajari
keterampilan-keterampilan tertentu. Keterampilan indrawi-jasmani adalah satu
keterampilan yang memerlukan koordinasi dan organisasi psikofisik anak,
misalnya keterampilan menggambar, diterapkan agar anak tidak hanya menggambar
saja tetapi juga menggambar apa yang ada pada imajinasinya atau ide
masing-masing.
Selain perkembangan fisik yang mempengaruhi belajar anak, yang tidak
kalah penting mempengaruhi belajar anak adalah perkembangan kognitif. Istilah
kognitif berasal dari kata cognition yang padanannya knowing
berarti mengetahui, dalam arti luas kognitif adalah perolehan, penataan dan
penggunaan pengetahuan.
Sebagian besar psikolog, terutama psikolog kognitif berkeyakinan
bahwa proses perkembangan kognitif manusia mulai berlangsung sejak ia baru
lahir. Bekal dan modal dasar perkembangan manusia, yaitu kapasitas motor dan
kapasitas sensori sampai batas tertentu dipengaruhi oleh kognitif. Berdasarkan
hasil-hasil riset kognitif disimpulkan bahwa semua bayi sudah berkemampuan
menyimpan informasi-informasi yang berasal dari penglihatan, pendengaran dan
informal-informal lain yang diserap melalui indra-indranya, asalkan otaknya
tidak cacat atau berkelainan otak.
Melalui pancaindera anak melakukan aktivitas kognitif untuk
mendapatkan pengalaman langsung dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan
sosialnya. Kesan dari pengalaman langsung itu tidak akan hilang dari ingatan
meski anak sudah meninggalkan objek sebenarnya. Ini artinya anak dapat menyimpan
objek yang telah hilang dan menggantikannya dalam bentuk representasi
mental. Inilah yang menurut Jean Piaget (18961-980), seorang pakar
terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dan psikolog anak yang disebut object
permanence (ketetapan benda), yaitu anggapan bahwa sebuah benda akan tetap
ada walaupun sudah ditinggalkan atau tidak dilihat lagi. Menurutnya keracuan
skema tidak dapat dihindari, efeknya justru menjadi penghalang dalam
pembentukan struktur-struktur mental berikutnya. Skema dari Piaget ini dapat
disejajarkan dengan istilah “struktur kognitif”, yaitu mengingat
pengetahuan mengenai mata pelajaran yang cenderung diorganisasi atau
disusun secara berturut dan hierarki, apa yang telah diketahui anak dan sejauh
mana anak mengetahuinya jelas mempengaruhi kesiapan anak mempelajari hal-hal
baru.
Dalam belajar, semakin baik struktur kognitif yang dilakukan oleh
anak, maka semakin mapanlah penguasaan anak atas bahan pelajaran yang telah
dikuasai. Agar struktur kognitif dapat dibentuk dengan baik di dalam memori,
anak dapat menggunakan “jembatan logika” dalam belajar. Kemampuan berpikir anak
dipengaruhi kapasitas inteligensi sebagai potensi yang bersifat bawaan.
Kualitas inteligensi anak mempengaruhi kemampuan anak untuk membentuk struktur
kognitif.[16]
Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak sangat
berpengaruh terhadap belajar anak karena semakin baik struktur kognitif yang
dilakukan oleh anak, maka semakin mapanlah penguasaan anak atas bahan pelajaran
yang telah dikuasai. Hal ini disebabkan intelegensi yang mempengaruhi kemampuan
berpikirnya.
BAB
III
Penutup
A.
Kesimpulan
Pertumbuhan : bertambah besar dalam aspek fisik
akibat bertambahnya jumlah sel-sel tubuh dan jumlah zat interseluler. Perkembangan :
bertambahnya ketrampilan dan fungsi dalam hal yang kompleks sesuai dengan
tingkatan umurnya.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah: faktor
heredokonstitusionil (jenis kelamin, ras, keluarga, umur) dan faktor lingkungan
baik itu prenatal maupun pascanatal.
Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat berpengaruh terhadap
belajar anak karena semakin baik struktur kognitif yang dilakukan oleh anak,
maka semakin mapanlah penguasaan anak atas bahan pelajaran yang telah dikuasai.
B.
Saran
Bagi rekan-rekan mahasiswa sebagai calon guru, diharapkan untuk
mengetahui dam memahami tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, karena
pertumbuhan dan perkembangan sangat berpengaruh terhadap belajar anak.
Daftar
Pustaka
Baharuddin, H., Pendidikan dan
Psikologi Perkembangan, Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, 2010
Dalyono, M., Psikologi Pendidikan,
Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2010
Iskandar, Psikologi Pendidikan
(Sebuah Orientasi Baru), Jakarta, Gaung Persada (GP) Press, 2009
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,
2002
[1] Dr. Iskandar, M.Pd., Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi
Baru), (Jakarta: Gaung Persada (GP) Press, 2009), h. 33
[2] Ibid,
[3] Prof. Dr. H. Baharuddin, M. Pd. I., Pendidikan dan Psikologi
Perkembangan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2010) , h. 65
[4] Drs. M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2010), h. 61
[5] Prof. Dr. H. Baharuddin, M. Pd. I., opcit, h. 66
[6] Drs. M. Dalyono, opcit, h. 61-62
[7] http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/01/pertumbuhan-dan-perkembangan-anak.html di akses tgl 4 april 2012
[8] Prof. Dr. H. Baharuddin, M. Pd. I., loc. cit.
[9] Drs. M. Dalyono, 2010, op. cit., h. 78
[12] Drs. Sumadi Suryabrata,
BA, MA, Ed. S, Ph. D., Psikologi Pendidikan, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 170
[15] http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/16/pertumbuhan-dan-perkembangan-serta-faktor-yang-mempengaruhi/ di akses 11 april 2012
[16] http://imhems.wordpress.com/2011/06/08/pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-serta-pengaruhnya-dalam-belajar/ di akses tgl 11 april 2012